In the name of Allah
ar-Rahmaan ar-Rahiim
Selamat pagi
semuanya, salam semangat! :D
Apa kabar? Semoga
tetap istiqamah berjalan di jalan-Nya.
Beberapa hari yang
lalu banyak sekali pemikiran-pemikiran yang berkecambuk di kepala saya.
Sudah 20 tahun
hidup. Lantas malah muncul pertanyaan konyol dalam diri saya. Pertanyaan yang
pernah hinggap di kepala saya, namun saya selalu takut untuk mencari
jawabannya. Pertanyaan paling mendasar. Hidup, untuk apa? Sebenarnya mengapa
saya diciptakan.
Pikiran-pikiran ini
sebenarnya juga sudah lama berkecambuk di dalam diri saya. Tapi saya tidak
ingin mencari lebih dalam. Jangan-jangan iman saya nanti malah goyah. Haha..
Justru pernyataan 'nanti imanku malah goyah' adalah salah satu kemerosotan
dalam berpikir, yang berarti kemerosotan dalam beriman.
Namun, lambat laun,
saya tergugah untuk mencari jawaban atas pertanyaan saya. Untuk apa manusia
hidup? Pertanyaan mendasar tersebut mutlak harus bisa dijawab. Karena tujuan
akan menentukan arah.
Saya mulai berpikir
serius tentang hal ini, mulai banyak membaca dan mencari jawaban dari berbagai
sumber. Dan akhirnya saya menyimpulkan jawaban saya.
Coba dipikir,
berilmu dulu baru beriman ATAU beriman dulu baru berilmu?
Tentu saja berilmu
dulu baru beriman. Karena kita hanya bisa beriman setelah kita punya dasar
pemikiran yang benar. 'Pernyataan yang benar' akan membuat kita semakin yakin.
Yakin membuat kita beriman. Kalo yang benar aja gak tahu, bagaimana bisa
beriman? Lewat ilham? #capekduehhh
So, ilmu dulu baru
iman. Right?
Beriman tanpa ilmu
itu mustahil. Ilmu adalah kunci iman. Bagaimana kita akan beriman jika kunci
untuk membuka kunci keimanan aja gak punya.
Lantas, bagaimana
kita bisa menghubungkan antara ilmu dan iman?
Mudah saja. Orang
berilmu akan senantiasa berpikir.
Berpikir pada
tingkat tertinggi adalah menemukan bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak ada
yang terjadi secara kebetulan. Alam semesta, burung-burung, penciptaan langit
dan bumi, bahkan pada penciptaan diri kita (manusia), tidak terjadi secara
kebetulan. Pasti ada suatu yang sangat Agung, Yang Maha atas segala sesuatu,
Yang mengatur seluruh penciptaan kita.
Kenapa benda di
angkasa tidak saling tabrak?
Kenapa burung tidak
pernah salah untuk kembali pulang?
Kenapa tidak ada
satu manusiapun yang sama di dunia ini?
Di situ akan kita
tarik kesimpulan bahwa pasti ada Dzat yang sangat Maha atas segala sesuatu.
Adanya Tuhan (Pencipta) adalah mutlak. Dzat yang menggenggam jiwa kita. Dzat
yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Seperti hanya sebuah
benda, sebuah benda pasti mempunyai 'petunjuk/buku paduan' supaya tidak error.
Misal Kalkulator, pasti ada buku petunjuknya. Tujuan diciptakan kalkulator
untuk apa, program-programnya apa saja, bagaimana cara mengoprasikannya. Kalo ingin
menghitung hasil dari sebuah permasalahan pasti harus melewati prosedur yang
benar. Jika tidak, akan error.
Begitu juga manusia.
Pasti ada buku petunjuknya. Lantas yang mana?
Yang pantas
dijadikan buku pedoman adalah buku yang isinya tidak perlu diragukan, bisa
dibuktikan dengan ilmu pengetahuan, sebuah buku yang tidak terbantahkan.
Al-Quran.
Dan saya kali ini,
saya benar-benar mengimaninya dengan sempurna. Al-Quran.
Saya
dulu hanya sekedar tahu tentang al-Quran, tetapi tidak mendalami. Takut dikira
fanatik. Lagian teman-teman saya juga tidak terlalu mempelajari al-Quran.
Tetapi dalam hati, saya ingin sekali belajar lebih dalam tentang al-Quran.
Namun, semenjak saya
mulai menyadari betapa Al-Quran adalah anugrah luar biasa, sebuah petunjuk
(al-Huda), saya besimpuh, saya berserah. Betapa hinanya manusia ketika merasa
dirinya yang paling 'hebat', paling 'wah'. Saya selanjutnya mengerti mengapa
nama agama rahmatan lilalamin itu adalah 'Islam' yang artinya berserah. Karena
kita hanya seorang manusia, kita hanya bisa berusaha, Tuhanlah yang menentukan.
Saya menyerah
melihat hanya dengan menggunakan mata. Bahwa lebih banyak yang harus kita
lihat, harus kita telaah lebih dari sekedar melihat menggunakan mata. Karena
mata, seringkali meipu. Segala sesuatu harus memiliki landasan. Kita bertindak,
harus punya landasan kuat. It call principle. Aqidah. Landasan itu adalah
al-Quran dan as-Sunnah.
Semua ini membawa
hawa baru pada saya. Saya percaya adanya Tuhan; Allah SWT. Percaya hanya Dialah
Pemegang Kekuasaan langit dan bumi. Percaya bahwa nabi Muhammad SAW adalah
manusia terbaik yang diutusnya untuk manusia, nabi penyempurna akhlak manusia,
sang pembawa kitab teragung sepanjang masa. Saya mengimani Engkau ya Allah,
Malaikat-Mu, Kitab-Mu, Nabi-Mu, Kiamat, Surga dan Neraka, Qada dan Qadar. Bahwa
Islam adalah agama rahmatan lilalamin yang harus diperjuangkan sampai mati.
Sebaik-baik manusia
adalah manusia yang bertaqwa kepada Allah.
Terima kasih ya
Allah, telah memberikan hidayah-Mu kepadaku.
Semoga saya bisa
menjadi pembawa Islam yang baik, khalifah yang baik, yang senantiasa menghamba
kepada-Mu.
Berharap semoga saya
senantiasa bertahan istiqamah di jalan-Mu. Menjadi muslim yang baik. Menjadi
seorang mukmin yang senantiasa menjadikan Engkau satu-satunya tempat
bergantung.
Innallaha ma'al
mu'minin. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang mukmin.
Ayo……………………………………..
Berjuang! :D
January 29th, 2014.