2015 #hopeIcanGotoThere

2015 #hopeIcanGotoThere

Senin, 02 Februari 2015

Jumat, 30 Januari 2015

Dunia Sophie | Sebuah Novel Filsafat

Saya mengenal novel ini ketika saya menjadi panitia dalam suatu kegiatan. Kegiatan tersebut  berlangsung cukup lama, 5 hari, tetapi banyak waktu luang di dalamnya, mungkin karena saya sie konsumsi (kerja hanya pada saat jam-jam makan, selebihnya pengangguran :p). Bagi saya hal itu menjadi sangat membosankan, untungnya di awal kegiatan ada seorang teman yang meminjamkan buku. Ternyata sebuah novel filsafat. Kalo dari covernya sih tertulis BEST SELLER INTERNASIONAL. Di sana juga dicantumkan pendapat para ahli tentang novel tersebut, dituliskan jika bahasa yang digunakan mudah dicerna. Okelah, saya putuskan untuk membacanya, lagian saya juga lumayan penasaran. Pun daripada jadi pengangguran yang tidak jelas. Hee..

Tebal bukunya 798 lembar. Tebal buku bagi saya tidak masalah, karena saya sudah mulai terbiasa membaca buku-buku dengan ketebalan beragam (ceile, gaya banget, haha). Sehari dua hari dikebut, masih bisalah selesai (Novel loh ya, haha, or something interest). Tapi ternyata novel yang satu ini berbeda sekali. Butuh kesabaran dan kesetiaan dalam membacanya, haha  (Itu loh membutuhkan pemikiran dalam mencerna kalimat-kalimatnya, ya ampun padahal menurut para ahli penjelasan di dalam novel ini mudah sekali -_-, bagaimana kalo penjelasan yang biasanya coba yaa -_-). Dan akhirnya novel tersebut berhasil saya selesaikan dalam waktu 2 minggu (itupun dengan meloncat-loncat, masih banyak juga yang belum saya pahami).

Oh ya, ada filmnya juga loh. Tapi kalo saya pribadi, lebih suka membaca dulu, baru melihat film. Lebih bisa berimajinasi aja, pun juga lebih ngena.

Oke next

Novel ini berisikan sejarah filsafat yang mengandung corak Barat yang cukup kental. Ada beberapa bagian yang memaparkan sejarah dalam versi yang dipandang Islam dengan cara yang berbeda. Hal ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari latar belakang pengarangnya –Jostein Gaarder-. Begitu juga saat membahas situasi dunia di Abad Pertengahan, sebagaimana lazimnya cara penulis Barat dalam memotret periode ini, Gaarder melewatkan banyak kontribusi besar para filosof dan Ilmuan Islam dalam mengantarkan Eropa keluar dari abad kegelapannya.

Tapi ini tidak semestinya membuat novel ini tidak layak diapresiasi. Bagaimanapun, bahasa filsafat tidak bisa dilepaskan dari lingkungan pengalaman sehari-hari dan itu membuka kemungkinan bagi setiap orang untuk memperkaya diri dengan mengambil bahan renungannya dari pengalaman orang lain, termasuk lewat novel ini. (salah satu paragraf Pengantar Penerbit Mizan, Dunia Sophie).

Oke, saya akan mencoba mensharingkan beberapa point yang saya dapat. Tapi sebelumnya akan lebih bijak jika kita mengingat salah satu nasehat Goethe.

Penyair Jerman Goethe pernah berkata bahwa “Orang yang tidak dapat belajar dari masa tiga ribu tahun berarti dia tidak memanfaatkan akalnya.” Aku tidak ingin kamu berakhir dengan keadaan yang begitu menyedihkan. Aku akan melakukan apa yang dapat kulakukan untuk memperkenalkanmu dengan akar sejarahmu. Itulah satu-satunya cara untuk menjadi seorang manusia. Itulah satu-satunya cara untuk menjadi lebih dari sekadar seekor kera telanjang. Itulah satu-satunya cara agar kita tidak hanya melayang-layang di ruang hampa. (halaman 259, Dunia Sophie)

Sophie, seorang pelajar berusia empat belas tahun yang suatu ketika tiba-tiba mendapat surat misterius yang hanya berisi satu pertanyaan: “Siapa kamu?” Kemudian berlanjut ke surat-surat misterius berikutnya: “Dari manakah datangnya dunia?”. Surat itu membuat Sophie mulai mempertanyakan soal-soal mendasar yang tidak pernah ia pikitkan selama ini. Dia mulai belajar Filsafat. (Sinopsis Dunia Sophie)

Nah, sekarang saya akan tuliskan beberapa kutipan dari novel ini. Semoga saja bisa membuat teman-teman menjadi penasaran dengan isi bukunya. :D
Tapi ini hanya direkomendasikan untuk teman-teman yang tertantang nyali keimanannya sih. Kalo misal teman-teman hanya mau berada di dalam zona aman, ya sebaiknya jangan membaca novel ini.

Percakapan antara Sophie dan Guru Filsafatnya –Alberto-.

“Apakah memang mutlak pasti bahwa Tuhan itu ada?”
“Itu dapat diperdebatkan, tentu saja. Tapi bahkan pada zaman kita sekarang ini kebanyakan orang akan setuju bahwa akal manusia itu jelas tidak mampu membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada. Aquainas melangkah lebih jauh. Dia percaya bahwa dia dapat membuktikan eksistensi Tuhan atas dasar filsafat Aristoteles.”
“Bagus juga!”
“Dengan akal, kita dapat mengetahui bahwa segala sesuatu di sekitar kita pastilah mempunyai ‘sebab formal’, Tuhan mengungkapkan dirinya kepada umat manusia melalui kitab suci dan juga melalui akal. Oleh karena itu ada ‘teologi iman’ dan ‘teologi alam’. Demikian pula halnya dengan aspek moral. Kitab suci mengajarkan kepada kita cara menjalani kehidupan. Tapi, Tuhan juga memberi kita suatu kesadaran yang memungkinkan kita untuk membedakan yang benar dan yang salah atas dasar ‘alam’. Oleh karena  itu ada ‘dua jalan’ menuju kehidupan moral. Kita tahu bahwa kita salah jika kita mencelakakan orang, bahkan jika kita belum membaca dalam kitab suci bahwa kita harus ‘bertindak kepada orang lain sebagaimana kamu inginkan orang lain bertindak terhadapmu.’ Di sini pun tuntutan yang pasti adalah mengikuti perintah kitab.”
“Kukira aku dapat mengerti,”kata Sophie sekarang. “Itu nyaris seperti bagaimana kita tahu sedang ada hujan angin, dengan melihat adanya kilat menyambar dan dengan mendengar suara Guntur.”
“Benar sekali! Kita dapat mendengar suara Guntur bahkan jika kita buta, dan kita dapat melihat kilat menyambar bahkan jika kita tuli. Memang yang paling baik adalah apabila kita dapat melihat dan mendengar, tentu saja. Tapi tidak ada pertentangan antara apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar. Sabaiknya – kedua kesan itu saling menguatkan.”
“Aku mengerti.”
“Biar aku tambahkan sebuah gambaran lain. Jika kamu membaca novel – karya John Steinbeck of Mice and Men, misalnya…”
“Aku telah membacanya, sungguh.”
“Tidakkah kamu merasa bahwa kamu mengetahui sesuatu tentang pengarangnya hanya dengan membaca bukunya?”
“Aku menyadari memang ada kepribadian dari orang yang menulisnya.”
“Hanya itukah yang kamu ketahui tentang dia?”
“Tampaknya dia sangat memedulikan orang-orang luar.”
“Jika kamu membaca buku ini –yang merupakan hasil ciptaan Steinbeck- kamu juga jadi tahu sesuatu mengenai sifat Steinbeck. Tapi kamu tidak dapat berharap untuk memperoleh informasi pribadi tentang sang pengarang. Dapatkah kamu mengetahui dengan membaca of Mice and Men berapa umur sang pengarang ketika dia menulisnya, di mana dia tinggal, atau berapa banyak anak yang dimilikinya?”
“Tentu saja tidak.”
“Tapi kamu dapat menemukan ini dalam biografi tentang John Steinbeck. Hanya dalam biografi – atau otobiografi- sajalah kamu dapat lebih mengenal Steinbeck, orangnya.”
“Itu benar.”
“Kira-kira begitulah kaitan antara Ciptaan Tuhan dan Kitab Suci. Kita dapat mengetahui adanya Tuhan hanya dengan berjalan mengelilingi alam. Kita dapat dengan mudah mengetahui bagaimana Dia mencintai tanaman dan binatang, sebab jika tidak, Dia tidak akan menciptakannya. Tapi informasi tentang Tuhan itu sendiri hanya terdapat dalam Kitab – atau ‘otobiografi’ Tuhan, jika kamu suka istilah itu.” (halaman 286-288, Dunia Sophie)

Memang iya, seharusnya begitu, tidak ada pertentangan antara kitab dan alam; jika ‘itu’ memang kitab yang benar. (saya simpulkan seperti itu, hee)
Oke, lanjut yaa, mari memperkaya pikiran lagi. :D

Seorang astronot Rusia dan seorang ahli bedah otak Rusia pernah membicarakan agama. Ahli bedah itu adalah seorang Kristen, sedangkan sang astronot bukan. Sang astronot berkata, ‘Aku telah pergi ke luar angkasa berkali-kali tapi tidak pernah melihat Tuhan atau malaikat’ Dan ahli bedah otak itu berkata, ‘Dan aku telah mengoperasi banyak orang cemerlang, namun aku tidak menemukan satu pikiran pun.”
“Tapi itu tidak membuktikan bahwa pikiran itu tidak ada.”
“Tidak, tapi itu menekankan kenyataan bahwa pikiran bukanlah benda yang dapat dioperasi atau dipecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Tidak mudah, misalnya, untuk menghilangkan angan-angan melalui operasi. Itu terlalu jauh untuk bidang operasi. Seorang filosof penting dari abad ketujuh belas bernama Leibniz mengemukakan bahwa perbedaan antara yang material dan yang spiritual sesungguhnya adalah bahwa yang material dapat dipecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sedangkan jiwa bahkan tidak dapat dibagi dua.” (Halaman 363-364, Dunia Sophie)

Jangan hanya percaya terhadap apa yang dilihat. (begitu sih kalo aku, J )

“Kamu mengerti maksudnya. Jika orang-orang menyadari mereka hidup dan suatu hari akan mati – dan tidak ada makna yang dijadikan pegangan – mereka mengalami ketakutan, kata Sartre.” (Halaman 703, Dunia Sophie)

Setuju banget. Kita membutuhkan pegangan yang dijadikan dasar untuk jaminan keselamatan kita kelak.
Selama membaca novel ini, novel ini sedikitpun tidak memberi ruang bagi saya untuk tertawa, kecuali 1 hal. Berikut dialognya:
“Namaku Morten,” kata si angsa. “Sebenarnya, aku seekor angsa, tapi dalam kesempatan yang istimewa ini aku telah terbang dari Lebanon dengan kawanan angsa liar. Tampaknya seakan-akan kamu membutuhkan pertolongan untuk turun dari pohon ini.”
“Kamu terlalu kecil untuk dapat membantuku.” Kata Sophie.
“Kamu terburu-buru mengambi kesimpulan, gadis muda. Kamulah yang terlalu besar.”
“Itu sama saja bukan?” (Halaman 691, Dunia Sophie)

Hoho.. bagi saya itu sih lucu, banget malah. Haha..
Oke, mari kita akhiri sampai di sini saja pembahasan kita tentang novel ini ya, jika teman-teman memang berminat membaca, bisa download ebooknya. Udah ada kok. :D

Oh  ya, cerita sedikit ya. Hehe.. sehari yang lalu saya terkena demam. Saya tidak bisa melakukan apapun. Seharian berada di kamar dengan kondisi yang sedikit mengenaskan (lemas dan tidak dapat melakukan apapun). Waktu seakan berjalan lambat sekali. Ah, mengerikan. Saya tidak ingin sakit lagi. Mungkin, Tuhan memberikan sakit kepada saya, agar saya lebih memperhatikan kondisi diri saya, juga agar tidak melewatkan setiap waktu dengan kesia-siaan. Hmm… Alhamdulillah sekarang sudah lumayan sehat. Hehe.. Selanjutnya, kutipan terakhir adalah:
Hanya dengan membangkitkan perasaan mendalam bahwa suatu hari orang pasti mati,
maka dia dapat menghargai betapa senangnya dia bisa hidup. (Dunia Sophie)

Oke, selamat berproses semuanya, tetapi satu hal yang mesti kita pahami. Hidup itu pilihan. Dan ketika kamu telah memilih suatu keyakinan dengan sepenuh hati dan akalmu berarti selanjutnya kamu harus tunduk atas iman. J

Gitu aja sih.. hehe.. salam hangat dari Temanggung ^_^

Oh ya, satu lagi pesan saya, jika sudah selesai membaca novel ini, jangan lupa kembali ke dunia nyata ya! hehe.. Masih banyak yang harus dikerjakan. :)

Rabu, 28 Januari 2015

Tips :3



Dunia Sophie

Hanya dengan membangkitkan perasaan mendalam bahwa suatu hari orang pasti mati, maka dia dapat menghargai betapa senangnya dia bisa hidup. (Dunia Sophie)

Selasa, 27 Januari 2015

Benar - Salah

Saya lebih suka mengukur segala sesuatu dengan menggunakan alat ukur yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Yang lebih kekal, yang lebih abadi. Sehingga jelas. Benar ya benar, salah ya salah. Tidak menimbulkan kebingungan. :)

Bismillah. Beniat berhijab karena-Mu. Selanjutnya, mudahkanlah segalanya... #chapter1# Kewajiban Berhijab bagi setiap Muslimah

Assalamu'alaikum.. :)
Semangat pagi! :D
Pagi ini, saya ingin berbagi cerita kepada seluruh saudara-saudara seiman yang mungkin belum terketuk hatinya untuk mengenakan hijab.

Saya tidak bermaksud menggurui atau sok-sokan alim, hanya saja, ini merupakan salah satu kewajiban saya sebagai seorang muslim, semoga bisa melembutkan hati bagi yang belum terketuk.
Saya baru mulai berhijab di akhir kelas XI SMA. Sebelumnya, tidak ada pikiran apapun dalam benak saya untuk berhijab. Terlebih, di dalam keluarga saya sendiri juga jarang sekali yang memakai penutup kepala ini.

Awalnya, ketika saya melihat teman-teman saya memakai kerudung, saya menganggap mereka terlalu berlebihan. Apalagi baju panjang yang juga di-double-double sepertinya benar-benar panas, apa mereka nggak kepanasan ya?
Nah, itulah salah satu pikiran jahiliyah yang memasuki otak saya.

Sudah banyak teman-teman yang mengajak saya untuk berhijab, tetapi jujur saja, saya belum mantab, seperti belum ada suatu keharusan bagi saya untuk mengenakan pakaian tersebut. Tapi lama-kelamaan, ada perasaan kagum ketika saya melihat teman-teman saya memakai hijab. Entahlah, menentramkan. Itu saja. Tapi saya masih juga belum memutuskan untuk berhijab. Karena bagi saya, hijab itu bukan pakaian yang sembarangan. Saya tidak bisa mempermainkan keputusan yang sudah saya buat. Kalaupun saya berhijab, saya harus memiliki alasan yang kuat mengapa saya berhijab.

Di akhir kelas X, saya mendapat SMS dari teman saya. Dia mengirimkan SMS yang berisi kewajiban seorang muslim perempuan untuk berhijab. Dia mengirimkan nama surat dan ayat, Q.S Al-Ahzab ayat 59. Saya akhirnya mencari tahu terjemahannya.

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah di kenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

Saya terdiam membaca arti surat ini. Diterangkan dengan jelas tentang ‘perintah’ berhijab.
Jujur saya, saat itu saya sedikit kaget jika ternyata terdapat ayat di Al-Qur’an yang artinya seperti ini. Mungkin juga kesalahan saya, kalau ketika membaca Al-Quran tidak dilanjutkan dengan membaca artinya. Atau mungkin, membaca tapi tidak dipahami.

Cukup lama saya menimbang-nimbang tentang keputusan seperti apa yang akan saya buat. Saat itu saya ingin sekali melupakan ayat yang telah saya baca tadi. Tapi, nurani berkata lain. Akal juga mengingatkan. “Kamu percaya Al-Quran kan? Apa kamu lupa kalau Al-Quran itu firman Allah? Hukum-hukum Allah? Lantas mengapa kamu tidak patuh? Kamu sekarang juga tahu kalau ternyata kewajiban berhijab itu wajib, lantas apa lagi?”

Mmm, saat itu, walaupun saya masih awam dengan aturan dalam agama saya, tapi saya berkeyakinan, bahwa apa-apa yang dilarang oleh Allah, ya memang harus kita jauhi. Dan apa-apa yang diperintahkan ya memang wajib bagi kita untuk mematuhi. Benar dan salah sudah sangat jelas. Hanya ada halal dan haram, tidak ada pertengahan diantara keduanya. Itulah mindset yang saya yakini.

Saya kembali merenung. “Jawaban seperti apa yang akan saya berikan ketika Allah kelak bertanya mengapa saya tidak mematuhi apa yang Ia perintahkan? Masa’ juga ‘Nggak mau, belum siap, nggak gaul juga’ #gubrakBANGETkan ya.” Alasan apapun juga tidak akan bisa diterima karena ketika kita sudah memutuskan untuk berhukum dengan sebuah keyakinan, itu berarti kita harus patuh terhadap apa-apa yang ada didalamnya. Mutlak. ‘Taat, tanpa tapi’.

Di akhir kelas XI, Alhamdulillah saya putuskan untuk berhijab sebagai salah satu tanda ketaatan kepada-Nya. Hijab itu kewajiban bukan pilihan. :)


Hamba behijab memenuhi kewajiban terhadap perintah-Mu Tuhan. Hamba niatkan untuk beribadah, dan semoga dengan ini, Engkau mudahkan urusan-urusanku.

Bagaimana dengan rekan-rekan? Semoga segera menyusul yaa J

Kamis, 01 Januari 2015

Entrepreneur

Entrepreneur,
bagi saya satu kata 'itu' adalah hal menajubkan ketika saya akhirnya memutuskan berada di dalamnya dan mencobanya. Memang belum seberapa, tapi akan terus bertumbuh, insyaAllah.

Saya pribadi memutuskan untuk mencoba dunia yang satu ini karena saya ingin lebih bisa bermanfaat bagi sesama. Uang memang bukan segala-galanya, ya, saya setuju. Tapi kita juga membutuhkan penopang itu untuk melancarkan aksi kita terhadap sesama. Saat kita mengabdi, kita membutuhkan biaya. Dan teman-teman tahu sendiri, mencari dana sosial itu juga salah satu hal yang susah. Untuk itu saya putuskan untuk mencoba dunia wirausaha, selagi masih punya kesempatan.

Saya menjadi semakin mantab mengambil keputusan ini ketika saya ingat bahwa suri tauladan kita, nabi Muhammad saw adalah seorang pedagang pula, pun Khadijah adalah seorang saudagar. Saya percaya bahwa Allah sepertinya juga mempunyai maksud lain tentang pemberian contoh tauladan manusia. Thats why I brave to chose it! :)

Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. *pernah baca yang begituan.


Bagi saya, mengambil langkah ini adalah salah satu jalan untuk berdakwah. :)
Keep Hamasah! :)

Tidak ada yang terjadi secara kebetulan, isn't it?

Tidak ada yang terjadi secara kebetulan.
Ya, aku percaya. Karena kesemuanya adalah akumulasi dari pilihan-pilihan kita, dan juga restu dari Yang Kuasa. Jadi, mari lakukan yang terbaik. Do our best. Dan lihat kejutan apa yang akan Allah berikan kepada kita. :D

Rabu, 31 Desember 2014

Get schoolarship from BPD Syariah

Praise to Allah :)
Alhamdulillah... ^__^


Tersendat

Malu.
Ngakunya sih Muslim yang taat, tetapi setelah ditanya:
Amal terbaik apa yang sudah kamu lakukan?
Hal baik apa yang ingin kamu perjuangkan dalam hidup?
Mengapa?
Bagaimana caranya?
Ternyata tersendat.
Atau bahkan tidak bisa menjawab.
Padahal hanya sekedar pertanyaan.

Tinggal berapa lama lagi waktu yang tersisa?
Ingat, ada yang namanya akhirat.

Tuhanmu. Nabimu. Ibumu. Ayahmu. Umat.
Apa yang sudah kamu persembahkan untuk mereka?
Ingat, ada pembatas.
Namanya ‘kematian’.

Kuasa-Mu

Saat kupandangi lukisan itu, aku takjub.
Hebat! Itulah kesan pertamaku.
Bagaimana tidak?
Lukisan itu dibuat dengan detail,
Setiap warna yang digoreskan pastilah dipertimbangkan matang-matang.
Komposisi yang sangat pas.
Begitu rapi.

Sesaat kemudian,
Ternyata Tuhan menegurku.
Saat aku berjalan, ada yang menarik perhatianku.
Daun dan semut.

Daun?
Bernafas, juga tumbuh, artinya hidup.
Semut?
Hewan kecil, tetapi bisa berjalan, makan, dan mempunyai susunan tubuh kompleks.
Lebih kompleks dari pada sebuah lukisan yang aku kagumi.
Karena terlalu kompleksnya, kita memerlukan kaca pembesar.
Luar biasa!
Oh, Tuhan.. Kuasa-Mu.. Mengagumkan!
Allahuakbar!
Fabiayyiaalaairobbikumaatukadzdzibaani

pemuda

Selamat Berkarya, Semangat Beribadah
Seorang pejuang baru yang baru saja mengenal Tuhannya. Pemuda yang menghamba pada Rabb-Nya dengan seluruh jiwa-raganya. Pemuda yang tidak henti-hentinya berkarya membangun bangsa. Pemuda yang selalu menebarkan semangat juang disetiap langkahnya. Tujuan hidupnya hanya satu: Allah SWT.

Mengagumkan. Lantas, bagaimana aku tidak kagum?
Semangats, semoga senantiasa istiqamah. :)

Bagaimana mungkin aku tidak iri?


Bagaimana mungkin aku tidak iri?
Tentu saja aku iri.
Iri dengan semua kebaikan-kebaikanmu,
Iri dengan segala keberanianmu.
Penyeru nama-Nya.
Iri dengan segala amanah yang bisa kamu emban dengan baik,
Yang karena-Nya, di situlah kamu berjuang.

Bagaimana mungkin aku tidak iri?
Tentu saja aku iri.
Iri dengan setiap tetes air mata yang keluar dari matamu,
Iri dengan setiap tetes keringat yang membasahi tubuhmu,
Yang daripadanya tercatat usahamu untuk meraih cinta-Nya.
Yang hanya kepada-Nya lah, kamu menggantungkan urusanmu.


Bagaimana mungkin aku tidak iri?


(Di  penghujung tahun 2014, 31 Desember 2014)
This is one of POETRY which I send to DPD IMMJATIM.
#berharapBISAturutDIBUKUKAN

January 1st, 2015

Ohayou gozaimasu, Minnasan! J
Today is the first day of 2015!
Alhamdulillah masih diberi kesempatan sampai saat ini.

Di akhir tahun 2014, saya mendapat banyak sekali kejutan dari Tuhan. Doa-doa saya, impian-impian saya satu persatu terkabul. Dan saat ini juga sedang menyusun doa-doa baru, impian-impian baru.

#2014#
1.      Have a good IP
You know what? I got 3,91 in semester 4. How amazing it is! Alhamdulillah..
2.      To be Mahasiswa  Berpresatasi
Yes, I have followed Mawapres FKIP UAD selection. But, I am not lucky, I was fail. But, no problem. Just say Alhamdulillah, I was given opportunity to represent my major, Mathematics Education.
3.      Open TBM (Taman Bacaan Semaki)
Yes, my friends and I have opened the TBM Semaki again.
4.      Get scholarship
Alhamdulillah, on the last day 0f 2014, I got it! Scholarship from BPD Syariah, thanks God. I won’t make you disappointed.
5.      Dare to speak English
This is represent when I pick up one of keynote speaker SENDIKMAD, Dr. Thien Lie Mee from Malaysia. And to be MC on SENDIKMAD. SENDIKMAD = Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan.
6.      TPA
I still istiqamah in this way. Alhamdulillah.
7.      Ngelesin
Yes, this is one of my job. Hehe..
8.      Reporter
Hikz, blm bisa maksimal di sini. Semoga tahun 2015 bisa lebih maksimal
9.      Menulis untuk diterbitkan
31 Desember malam, saya mengirim beberapa puisi ke DPD IMM Jawa Timur. Semoga bisa diterima, minimal diterbitkan. Aamiin.
10.  Have a new project | entrepreneur (kerudung)
11.  And so on.. aaaaa… Thanks God (terharu).. sampai lupa apa aja impian2ku.. ternyata kalo sudah ditulis, terlihat. Sungguh Tuhan Maha Mendengar


Oke, biar enggak lupa, mari untuk tahun 2015 ini, ditulis. J
Bismillahirrahmanirrahiim……
1.      Ke Eropa
2.      Menerbitkan Buku Diary Muslimah and Publishing
3.      Lebih Gencar lagi usaha kerudung
4.      IP 4,00
5.      Win in some competitions. 1 month = 1 victory = mengharumkan nama UAD
6.      Membuat Liputan. 2 day = 1 liputan.
7.      Improve the social action (TPA and TBM)
8.      Tidak mengeluh
9.      Menjadi pemakalah
10.  Membuka rekening untuk menabung sendiri
11.  Membantu sesama
12.  Tidak menunda
13.  Memperluas jaringan
14.  Beli HP baru
15.  Membayar kuliah pakai uang sendiri
16.  Menabung untuk orang tua naik haji
17.  Membeli buku (1 minggu 1 buku)
18.  Membuat perpustakaan mini
19.  Aktif ngeblog
20.  Memperbaiki blog sahabat surga
21.  Belajar social media lain
22.  Istiqamah bersedekah setiap bulan
23.  Memberi sesuatu kepada sahabat
24.  Mengirim artikel ke koran
25.  Meningkatkan ibadah kepada Allah
26.  Menghormati diri sendiri
27.  Rendah hati
28.  GOING EXTRAMILES
29.  Aktif membaca artikel bahasa inggris
30.  Aktif mencari isu tentang pendidikan
31.  Belajar matematika dengan baik dan mendalam

Oke, mari diikhtiarkan. Semangats!