Assalamu'alaikum.. :)
Semangat pagi! :D
Pagi ini, saya ingin berbagi cerita kepada seluruh
saudara-saudara seiman yang mungkin belum terketuk hatinya untuk mengenakan
hijab.
Saya tidak bermaksud menggurui atau sok-sokan alim, hanya
saja, ini merupakan salah satu kewajiban saya sebagai seorang muslim, semoga
bisa melembutkan hati bagi yang belum terketuk.
Saya baru mulai berhijab di akhir kelas XI SMA. Sebelumnya, tidak
ada pikiran apapun dalam benak saya untuk berhijab. Terlebih, di dalam keluarga
saya sendiri juga jarang sekali yang memakai penutup kepala ini.
Awalnya, ketika saya melihat teman-teman saya memakai kerudung,
saya menganggap mereka terlalu berlebihan. Apalagi baju panjang yang juga
di-double-double sepertinya benar-benar panas, apa mereka nggak kepanasan ya?
Nah, itulah salah satu pikiran jahiliyah yang memasuki otak
saya.
Sudah banyak teman-teman yang mengajak saya untuk berhijab,
tetapi jujur saja, saya belum mantab, seperti belum ada suatu keharusan bagi
saya untuk mengenakan pakaian tersebut. Tapi lama-kelamaan, ada perasaan kagum
ketika saya melihat teman-teman saya memakai hijab. Entahlah, menentramkan. Itu
saja. Tapi saya masih juga belum memutuskan untuk berhijab. Karena bagi saya,
hijab itu bukan pakaian yang sembarangan. Saya tidak bisa mempermainkan
keputusan yang sudah saya buat. Kalaupun saya berhijab, saya harus memiliki
alasan yang kuat mengapa saya berhijab.
Di akhir kelas X, saya mendapat SMS dari teman saya. Dia mengirimkan
SMS yang berisi kewajiban seorang muslim perempuan untuk berhijab. Dia mengirimkan nama surat dan
ayat, Q.S Al-Ahzab ayat 59. Saya akhirnya mencari tahu terjemahannya.
“"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah di kenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"”
Saya terdiam membaca arti surat ini. Diterangkan dengan jelas
tentang ‘perintah’ berhijab.
Jujur saya, saat itu saya sedikit kaget jika ternyata terdapat
ayat di Al-Qur’an yang artinya seperti ini. Mungkin juga kesalahan saya, kalau ketika
membaca Al-Quran tidak dilanjutkan dengan membaca artinya. Atau mungkin,
membaca tapi tidak dipahami.
Cukup lama saya menimbang-nimbang tentang keputusan seperti
apa yang akan saya buat. Saat itu saya ingin sekali melupakan ayat yang telah
saya baca tadi. Tapi, nurani berkata lain. Akal juga mengingatkan. “Kamu
percaya Al-Quran kan? Apa kamu lupa kalau Al-Quran itu firman Allah?
Hukum-hukum Allah? Lantas mengapa kamu tidak patuh? Kamu sekarang juga tahu
kalau ternyata kewajiban berhijab itu wajib, lantas apa lagi?”
Mmm, saat itu, walaupun saya masih awam dengan aturan dalam agama
saya, tapi saya berkeyakinan, bahwa apa-apa yang dilarang oleh Allah, ya memang
harus kita jauhi. Dan apa-apa yang diperintahkan ya memang wajib bagi kita
untuk mematuhi. Benar dan salah sudah sangat jelas. Hanya ada halal dan haram,
tidak ada pertengahan diantara keduanya. Itulah mindset yang saya yakini.
Saya kembali merenung. “Jawaban seperti apa yang akan saya
berikan ketika Allah kelak bertanya mengapa saya tidak mematuhi apa yang Ia perintahkan?
Masa’ juga ‘Nggak mau, belum siap, nggak gaul juga’ #gubrakBANGETkan ya.” Alasan apapun juga tidak akan bisa diterima
karena ketika kita sudah memutuskan untuk berhukum dengan sebuah keyakinan, itu
berarti kita harus patuh terhadap apa-apa yang ada didalamnya. Mutlak. ‘Taat,
tanpa tapi’.
Di akhir kelas XI, Alhamdulillah saya putuskan untuk berhijab sebagai salah satu tanda ketaatan
kepada-Nya. Hijab itu kewajiban bukan pilihan. :)
Hamba behijab memenuhi kewajiban terhadap perintah-Mu Tuhan. Hamba
niatkan untuk beribadah, dan semoga dengan ini, Engkau mudahkan
urusan-urusanku.
Bagaimana dengan rekan-rekan? Semoga
segera menyusul yaa J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar