2015 #hopeIcanGotoThere

2015 #hopeIcanGotoThere

Selasa, 18 Juni 2013

Ayo menulis :D



Ini, saya ambil dari blog seseorang (lupa namanya) yang mengikuti pelatihan menulis dengan narasumber A. Fuadi (Penulis buku Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara).
Semoga bermanfaat :D

 Tulisan itu tidak akan mati, ia akan terus hidup dan memberi manfaat (jika baik)“. Inilah salah satu alasan mengapa kita harus menulis. Bang Fuadi juga menjelaskan, kita semua pasti akan mati suatu hari nanti. Meskipun kita dikubur, tulisan kita tak akan ikut terkubur. Dia akan tetap ada dan bisa dibaca oleh siapa saja dan dapat memberi manfaat untuk siapa saja. 

Teringat status facebook dan twitter, tulisan yang akan terus ada meskipun kita telah tiada. *hati-hati menulis status kawan2, karena kita ga tau kapan kita bakal mati. -wallahu’alam.

“Tulisan itu lebih kuat dari sebutir peluru, it’s so powerfull“. Kalimat ini sempat aku dengar langsung dari bang Fuadi. Ungkapan yang mendalam dari beliau, dan sarat makna. Saya rasa, kita punya tafsiran bermacam-macam dari statement yang satu ini.

“Menulis itu bisa jadi apa saja, asal ada kemauan”. Menulis itu masalah kemauan kawan. Dan siapa saja bisa menulis asal ada kemauan. Dan apa yang kita tulis itu bisa jadi apa aja. Bang Fuadi mengibaratkan novel Negeri 5 Menara yang beliau tulis, bahkan sekarang tulisan beliau mampu melahirkan sebuah film dan sebuah lagu.

“Ada 4 hal yang penting dalam menulis, yaitu Why, What, How, When.”
Why. Mengapa kita harus menulis? Manga manulih?Temukan alasan kita mengapa harus menulis. Karena sebuah niat dan alasan yang tepat adalah suntikan motivasi yang tak pernah terputus. Jika kita tak punya alasan mengapa kita harus menulis, “susah!” kata bang Fuadi, niscaya suatu saat kita akan jenuh dan enggan menulis lagi. Bang Fuadi sendiri punya niat, berawal dari sebuah mimpi dan cita-cita, ingin kuliah di luar negeri. Alhamdulillah Allah memberikan beliau hal yang jauh melebihi cita-cita beliau selama ini. Bersekolah di 4 negara berbeda di luar negri, dan bahkan sudah keliling dunia dan mengunjungi puluhan negara. Subhanallah banget! Akhirnya beliau berfikir, “alhamdulillah saya sudah mendapatkannya, lalu apa?”  Akhirnya, itu menjadi niat beliau untuk menuliskannya dalam novel “Negeri 5 Menara”. Lalu guru beliau di Pesantren Gontor dulu pernah menasihatkan sebuah hadits dari Rasulullah SAW, Khairunnas anfa’uhum linnas, “Sebaik-baik manusia adalah yang banyak bermanfaat bagi orang lain.” (HR.Bukhari). Itulah motivasi terbesar beliau dalam menulis, agar menjadi manfaat untuk orang lain. Subhanallah dah!!

What. Apa yang akan kita tulis? Apo yang ka ditulih? Jawaban dari beliau adalah, “sesuatu yang kita senangi dan kita mengerti”. Jika kita senang dengan sesuatu, dan kita paham betul dengan itu, mengapa kita tidak coba untuk menuliskannya? Misal kita senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan musik, gak ada salahnya kita tulis, atau bang Fuadi mencontohkan, jika senang dengan hal-hal tentang makhluk-makhluk Planet Mars, kita bisa tulis apa aja tentang itu.

How. Bagaimana cara menuliskannya? Baa caro manulih? Sama seperti yang diungkapkan bang Andrea Hirata setahun yang lalu, caranya adalah dengan riset terlebih dahulu. Riset itu gak mesti ditanggapi serius, pasalnya, riset itu bisa kita dapat dari apa yang kita liat, dengar, dan kita baca. Bisa berasal dari apa aja, pengalaman, bukti tertulis, visual seperti video dan gambar, atau apaaa aja yang bisa menumbuhkan imajinasi kita, apalagi jika yang kita tulis itu adalah karya fiksi.

When. Kapan kita menulis? Bilo wak ka manulih? Jawabannya adalah saat ini juga! Kata bang Fuadi, “tidak peduli berapa banyak, yang penting konsisten, satu alinea pun cukup.” Kadang kita berfikir menulis itu susaaaah banget? Tahu gak sih, padahal sebenarnya kita itu berbakat menulis lho. Hhe. Coba perhatiin status facebook-mu, atau kicauan twittermu, atau yang lain misalnya BBM, jika kita kumpulkan status-status facebook dan twitter itu lalu kita print mungkin sudah berapa halaman ya? Hehe. Itu buktinya.


Subhanallah banget. Alhamdulillah, niat saya ikut WSJC ini terbayar sudah dengan catatan sederhana yang bisa dibaca kapan saja ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa aja termasuk saya sendiri. Ayo, gak adal alasan lagi buat gak menulis. Kalau kita mati nanti, tulisan kita tentu tetap hidup dan menjadi amal jariyah kita sewaktu di alam kubur nanti, iya kan? Semoga kita tetap konsisten menulis, walaupun hanya beberapa baris. Free writing, tulis saja apa yang ada di kepalamu, nanti baru diedit.-Ahmad Fuadi.

Tidak ada komentar: