Ini, saya ambil dari blog seseorang (lupa
namanya) yang mengikuti pelatihan menulis dengan narasumber A. Fuadi (Penulis
buku Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara).
Semoga bermanfaat :D
“Tulisan
itu tidak akan mati, ia akan terus hidup dan memberi
manfaat (jika baik)“. Inilah salah satu alasan mengapa kita
harus menulis. Bang Fuadi juga menjelaskan, kita semua pasti akan mati suatu
hari nanti. Meskipun kita dikubur, tulisan kita tak akan ikut terkubur. Dia
akan tetap ada dan bisa dibaca oleh siapa saja dan dapat memberi manfaat untuk
siapa saja.
Teringat status facebook dan twitter,
tulisan yang akan terus ada meskipun kita telah tiada. *hati-hati menulis
status kawan2, karena kita ga tau kapan kita bakal mati. -wallahu’alam.
“Tulisan itu lebih kuat dari sebutir peluru,
it’s so powerfull“. Kalimat ini sempat aku dengar langsung dari bang Fuadi.
Ungkapan yang mendalam dari beliau, dan sarat makna. Saya rasa, kita punya
tafsiran bermacam-macam dari statement yang satu ini.
“Menulis itu bisa jadi apa saja, asal
ada kemauan”. Menulis itu masalah kemauan kawan. Dan siapa saja bisa
menulis asal ada kemauan. Dan apa yang kita tulis itu bisa jadi apa aja. Bang
Fuadi mengibaratkan novel Negeri 5 Menara yang beliau tulis, bahkan sekarang
tulisan beliau mampu melahirkan sebuah film dan sebuah lagu.
“Ada 4 hal yang penting dalam menulis, yaitu
Why, What, How, When.”
- Why. Mengapa kita harus
menulis? Manga manulih?Temukan alasan kita mengapa harus menulis.
Karena sebuah niat dan alasan yang tepat adalah suntikan motivasi yang tak
pernah terputus. Jika kita tak punya alasan mengapa kita harus menulis, “susah!”
kata bang Fuadi, niscaya suatu saat kita akan jenuh dan enggan menulis lagi.
Bang Fuadi sendiri punya niat, berawal dari sebuah mimpi dan cita-cita, ingin
kuliah di luar negeri. Alhamdulillah Allah memberikan beliau hal yang jauh
melebihi cita-cita beliau selama ini. Bersekolah di 4 negara berbeda di luar
negri, dan bahkan sudah keliling dunia dan mengunjungi puluhan negara.
Subhanallah banget! Akhirnya beliau berfikir, “alhamdulillah saya sudah
mendapatkannya, lalu apa?” Akhirnya, itu menjadi niat beliau untuk
menuliskannya dalam novel “Negeri 5 Menara”. Lalu guru beliau di Pesantren
Gontor dulu pernah menasihatkan sebuah hadits dari Rasulullah SAW, Khairunnas
anfa’uhum linnas, “Sebaik-baik manusia adalah yang banyak bermanfaat bagi orang
lain.” (HR.Bukhari). Itulah motivasi terbesar beliau dalam menulis,
agar menjadi manfaat untuk orang lain. Subhanallah dah!!
- What. Apa yang akan kita
tulis? Apo yang ka ditulih? Jawaban dari beliau adalah, “sesuatu
yang kita senangi dan kita mengerti”. Jika kita senang dengan sesuatu, dan
kita paham betul dengan itu, mengapa kita tidak coba untuk menuliskannya? Misal
kita senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan musik, gak ada salahnya kita
tulis, atau bang Fuadi mencontohkan, jika senang dengan hal-hal tentang
makhluk-makhluk Planet Mars, kita bisa tulis apa aja tentang itu.
- How. Bagaimana cara
menuliskannya? Baa caro manulih? Sama seperti yang diungkapkan
bang Andrea Hirata setahun yang lalu, caranya adalah dengan riset terlebih
dahulu. Riset itu gak mesti ditanggapi serius, pasalnya, riset itu bisa kita
dapat dari apa yang kita liat, dengar, dan kita baca. Bisa berasal dari apa
aja, pengalaman, bukti tertulis, visual seperti video dan gambar, atau apaaa
aja yang bisa menumbuhkan imajinasi kita, apalagi jika yang kita tulis itu
adalah karya fiksi.
- When. Kapan kita menulis? Bilo
wak ka manulih? Jawabannya adalah saat ini juga! Kata bang Fuadi, “tidak
peduli berapa banyak, yang penting konsisten, satu alinea pun cukup.” Kadang
kita berfikir menulis itu susaaaah banget? Tahu gak sih, padahal sebenarnya
kita itu berbakat menulis lho. Hhe. Coba perhatiin status facebook-mu, atau
kicauan twittermu, atau yang lain misalnya BBM, jika kita kumpulkan
status-status facebook dan twitter itu lalu kita print mungkin sudah berapa halaman
ya? Hehe. Itu buktinya.
Subhanallah banget. Alhamdulillah, niat saya ikut
WSJC ini terbayar sudah dengan catatan sederhana yang bisa dibaca kapan saja
ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa aja termasuk saya sendiri. Ayo, gak adal
alasan lagi buat gak menulis. Kalau kita mati nanti, tulisan kita tentu tetap
hidup dan menjadi amal jariyah kita sewaktu di alam kubur nanti, iya kan?
Semoga kita tetap konsisten menulis, walaupun hanya beberapa baris. Free
writing, tulis saja apa yang ada di kepalamu, nanti baru diedit.-Ahmad
Fuadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar